Sabtu, 11 Oktober 2008

Download Talkshow, Tulisan Populer dan Tulisan Ilmiah

Selama ini banyak masyarakat yang menanyakan mengenai seluk-beluk herbal seperti masalah keamanan, efektivitas, kecocokan dan penelitian ilmiahnya melalui email, tilpun maupun SMS. Dengan senang hati saya menjawab setiap pertanyaan yang masuk walaupun sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah terjawab apabila mereka telah membaca tulisan saya baik di koran maupun majalah serta mendengar siaran talkshow saya di media radio dan televisi dan talkshow langsung di tempat-tempat tertentu seperti di toko buku Gramedia. Untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang belum sempat membaca tulisan-tulisan saya dan mendengar talkshow saya, maka pada blog ini telah saya berikan link tulisan-tulisan dan rekaman talkshow saya di Rapidshare yang bisa di-download.

Pada prinsipnya download tersebut saya bagi menjadi 6 bagian:

1. Tulisan populer di koran dan majalah seperti Trubus, Gatra, dll.
2. Tulisan ilmiah di berbagai jurnal ilmiah dab prosiding seminar.
3. Talkshow di radio seperti Pas FM dan Sonora.
4. Talkshow di TV seperti MQTV Bandung dan TV Borobudur Semarang.
5. Liputan berita dan acara di TV seperti Trans TV, TV Borobudur dan Cakra TV Semarang.
6. Liputan berita di media cetak seperti Trubus, Kompas, Media Indonesia, Gatra, Tempo dll.

Semua tulisan dalam bentuk format PDF yang bisa dibaca dengan program Adobe Acrobat Reader, sedangkan semua video dalam format Flash Player yang bisa diputar dengan program Adobe Flash Player, keduanya bisa di-download gratis di http://www.adobe.com. Sementara itu semua talkshow di radio dalam format MP3 yang bisa didengarkan dengan program MP3 Player.

Sebagian file, kecuali file PDF, dalam bentuk compress WinRAR yang harus diekstrak dengan program WinRAR (bisa di-download di http://www.win-rar.com/download.html).

Happy downloading.
Salam
Ahkam

Minggu, 07 September 2008

KIAT MENJAGA STAMINA SELAMA BULAN PUASA

Puasa merupakan salah satu cara menuju sehat. Ini bukan rumor tapi fakta dan sudah dibuktikan secara ilmiah. Puasa dapat membuat orang yang sehat menjadi lebih sehat dan orang yang sakit menjadi sehat. Misalnya, puasa terbukti memiliki efek positif bagi penderita penyakit jantung koroner dan diabetes. Untuk mendapatkan manfaat puasa secara optimal, tentu kita tetap perlu menganut pola hidup sehat. Konsumsi makanan harus memenuhi kualitas gizi yang baik, olah raga tetap diperlukan dengan mengaturnya secara bijak dan kebiasaan buruk seperti merokok hendaknya ditinggalkan.

Kenyataannya, tidak mudah memenuhi pola hidup sehat ini. Tidak jarang orang sahur dengan menu ala kadarnya karena tidak nafsu makan di pagi buta, bahkan bagi perokok lebih mementingkan 1-2 batang rokok sebelum imsak ketimbang memikirkan kebutuhan gizi yang diperlukan dalam menunjang aktivitasnya di siang hari. Akibatnya bisa ditebak. Habis subuh aktivitas perpanjangan tidur terus berlangsung, berangkat kerja terlambat, menjelang siang sudah loyo. Ini semua berakibat produktivitas kerja mereka selama bulan puasa menurun tajam. Ujung-ujungnya bulan puasa dijadikan sebagai kambing hitam penurunan kinerja yang harus dimaklumi.

Logikanya, selama bulan puasa kinerja seharusnya bertambah baik. Ini karena kita tidak memikirkan lagi soal makanan dan minuman sehingga pikiran hanya fokus pada pekerjaan. Asalkan, kita memiliki stamina yang baik sepanjang hari. Di kantor pun kita punya waktu ekstra untuk bekerja karena tidak perlu makan siang dan pergi ke kantin untuk ngopi. Waktu ngerumpi pun berkurang. Kenyataannya? Walaupun belum ada data statistiknya secara resmi, banyak kalangan memprediksi produktivitas kerja pegawai atau karyawan selama bulan puasa menurun drastis hingga 40%, bahkan mungkin lebih untuk pegawai negeri sipil (PNS). Apa penyebabnya?.

Kuncinya penuhi gizi

Tentu untuk tetap fit sepanjang hari selama berpuasa sekitar 14 jam kita memerlukan asupan gizi yang baik. Kunci utamanya adalah dengan mengatur sebaik-baiknya konsumsi makanan waktu sahur dan buka puasa. Menu empat sehat lima sempurna perlu disajikan setiap sahur dan buka puasa secara proporsional. Artinya makan tidak boleh terlalu banyak, hanya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Untuk menu utama sahur, para ahli gizi menyarankan untuk mengurangi asupan karbohidrat, memperbanyak asupan protein dan lemak serta serat pangan yang dapat diperoleh dari konsumsi sayuran dan buah. Menu banyak karbohidrat hanya akan mensuplai energi sekitar 3-4 jam saja, sedangkan protein dan lemak bisa lebih lama sehingga pengosongan lambung agak lambat sehingga tidak mudah lapar.

Untuk buka puasa, sebaiknya mengkonsumsi makanan dan minuman manis terlebih dahulu (seperti kurma dan sirup), setelah sholat maghrib baru menu utama. Hindari mengawali buka puasa dengan camilan yang akan merusak nafsu makan menu utama. Hindari juga memulai buka puasa dengan sebatang rokok karena akan memicu kadar asam lambung. Hindari pula berbuka puasa berlebihan seolah-olah ”balas dendam” karena seharian perut kosong. Dengan pola seperti itu tubuh akan tetap fit dan lebih sehat, profil kolesterol dan gula darah lebih baik, dan masalah pencernaan seperti asam lambung dan sembelit akan sirna.

Perbanyak makanan berserat tinggi

Para ahli gizi banyak yang merekomendasikan konsumsi makanan berserat tinggi untuk mempertahankan stamina tubuh selama berpuasa. Alasannya makanan yang mengandung serat tinggi akan dicerna secara perlahan sehingga dapat menyediakan energi lebih lama dibanding makanan berserat rendah seperti nasi. Contoh makanan berserat tinggi antara lain dari kelompok kacang-kacangan dan serealia. Padi sebenarnya mengandung serat tinggi, namun nasi putih mengandung serat rendah karena sebagian besar hilang selama proses penggilingan dan pemutihan.

Dari sekian banyak makanan berserat tinggi, salah satu yang terbaik adalah havermut atau oat (Avena sativa L.). Havermut adalah produk serealia impor. Namun demikian havermut sudah sangat akrab dengan masyarakat Indonesia karena telah diperkenalkan sejak jaman penjajahan Belanda. Havermut dalam bentuk bubuk untuk dimasak menjadi bubur sangat mudah diperoleh di supermarket dengan harga relatif murah. Umumnya havermut dikonsumsi sebagai bubur untuk sarapan pagi atau sebagai satu-satunya sumber gizi bagi manula. Sudah banyak bukti ilmiah dan empiris yang mendukung khasiat havermut untuk mengatasi penyakit-penyakit degeneratif seperti kolesterol tinggi, penyakit jantung dan diabetes. Rahasia di balik khasiatnya adalah kandungan antioksidannya yang tinggi, terutama avenantramida dan karbohidrat kompleks dalam bentuk beta-glukan. Cobalah ganti porsi nasi Anda waktu sahur dengan bubur havermut, niscaya Anda akan merasa lebih fit sepanjang hari. Sangat cocok untuk penderita diabetes karena kadar gula darah bisa terjaga normal selama menjalani ibadah puasa.

Perlukah suplemen?

Bila pola makan seperti di atas secara disiplin bisa diterapkan, maka suplemen vitamin dan mineral umumnya tidak diperlukan. Bahkan sebuah studi yang dilakukan oleh Siti Setiati dari FKUI membuktikan bahwa dengan puasa yang berakibat terjadinya pengurangan asupan kalori hingga 30% dapat menurunkan kadar radikal bebas sampai 90 persen dan meningkatkan total antioksidan—senyawa penangkal aksi radikal bebas—sekitar 12%. Ujung-ujungnya tubuh menjadi lebih fit dan sehat.

Kenyataannya, banyak orang yang tidak bisa disiplin dengan pola makan sehat tersebut. Untuk golongan ini, suplemen dalam bentuk vitamin dan mineral mutlak diperlukan untuk mencukupi kekurangan satu atau beberapa jenis gizi akibat pola makan yang kurang baik. Suplemen tersebut memiliki beragam fungsi tergantung jenisnya. Misalnya vitamin E, vitamin C, dan vitamin A berfungsi sebagai antioksidan. Mineral seng memiliki fungsi dalam sintesis protein, fungsi seksual, penyimpanan insulin, metabolisme karbohidrat dan penyembuhan luka. Sedangkan magnesium memiliki peranan dalam fungsi tulang, hati, otot, transfer air intraseluler, kesetimbangan basa dan aktivitas neuromuskuler.

Sebenarnya semua vitamin dan mineral tersebut terdapat berlimpah secara alami dalam buah dan sayuran. Namun karena konsumsi buah dan sayuran rendah, maka perlu sumber alternatif lain untuk memasok kebutuhan vitamin dan mineral tersebut, misalnya melalui suplemen dalam bentuk kapsul atau tablet. Alternatif lain adalah melalui konsumsi bahan alami herbal. Salah satu herbal yang kaya multivitamin dan mineral adalah buah merah yang mengandung vitamin A (dalam bentuk pro-vitamin A beta-karoten), vitamin C, alfa-tokoferol (vitamin E), vitamin B1, vitamin B3, dan mineral kalsium, fosfor, zat besi serta serat pangan.

Asupan vitamin dari bahan alami seperti buah, sayuran dan herbal lebih aman dibanding suplemen vitamin buatan dalam kapsul atau tablet. Misalnya konsumsi beta-karoten (pro-vitamin A) lebih aman untuk menghindari toksisitas vitamin A. Suplemen vitamin A umumnya mengandung vitamin A yang sudah jadi (aktif) sehingga bersifat toksik bila overdosis. Sebaliknya beta-karoten dikonversi menjadi vitamin A dalam tubuh hanya bila diperlukan.

Jadi, untuk menjaga stamina tubuh selama berpuasa sebaiknya gizi dicukupi melalui konsumsi makanan dengan pembatasan kalori. Karbohidrat sebaiknya dibatasi hingga hanya 70% porsi normal, asupan protein dan lemak lebih ditingkatkan, dan asupan serat ditingkatkan melalui konsumsi buah dan sayuran. Bila masih kesulitan, konsumsi suplemen dapat dilakukan terutama dari bahan-bahan alami.

Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amin!

(Penulis: Muhammad Ahkam Subroto, Peneliti Utama Puslit Bioteknologi LIPI).

Sabtu, 06 September 2008

PENGGUNAAN HERBAL SECARA BIJAK

Saat ini penggunaan herbal di Indonesia telah meningkat tajam. Selain karena trend back to nature, juga karena ia merupakan sumber layanan kesehatan yang mudah diperoleh dan terjangkau. Selain itu, bukti-bukti empiris dan dukungan ilmiah yang semakin banyak serta modernisasi proses produksi semakin mengangkat popularitas herbal.

Di Indonesia, masyarakat dapat menggunakan herbal secara bebas tanpa harus berkonsultasi dengan dokter. Kecenderungan yang ada adalah masyarakat telah bertindak menjadi “dokter” untuk dirinya sendiri dalam penggunaan herbal. Bahkan tidak jarang mereka mengkonsumsinya bersamaan dengan obat konvensional. Hal ini terjadi karena mayoritas dari mereka menganggap herbal aman dikonsumsi karena sudah digunakan secara turun temurun. Fenomena ini tentu saja sangat mengkhawatirkan karena paradigma “herbal pasti aman” merupakan hal yang salah. Faktanya adalah banyak jenis herbal yang dalam penggunaannya perlu pengawasan ketat dari tenaga medis profesional, bahkan ada beberapa jenis herbal yang sudah dilarang penggunaannya oleh Badan POM karena efek sampingnya sangat besar. Selain itu, penggunaan herbal seringkali memiliki interaksi negatif bila dikonsumsi bersamaan dengan obat konvensional. Dari penelitian diungkap bahwa sekitar 63% tanaman obat tradisional Indonesia dapat menyebabkan interaksi farmakokinetik dengan obat-obat konvensional bila dikonsumsi secara bersamaan.

Dengan masih adanya pemahaman yang minim dan salah terhadap penggunaan herbal di kalangan masyarakat, maka dalam tulisan ini akan diberikan beberapa kiat dalam mengkonsumsi herbal secara bijak. Hal terpenting yang perlu diingat adalah bahwa penggunaan herbal harus aman, efektif dan rasional.

1. Herbal sebagai komplemen pengobatan konvensional.
Saat ini masyarakat cenderung menggunakan herbal sebagai alternatif dari pengobatan konvensional. Tidak jarang herbal digunakan sebagai alternatif terakhir setelah dokter angkat tangan. Hal ini tentu saja tidak benar. Herbal sebaiknya digunakan secara rutin untuk pencegahan timbulnya penyakit dan secara komplementer digunakan secara sinergis dengan pengobatan konvensional. Pengobatan konvensional dan pengobatan herbal memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Umumnya pengobatan konvensional lebih efektif dalam menangani penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan segera seperti penyakit infeksi, sedangkan herbal lebih banyak digunakan untuk pengobatan penyakit-penyakit degeneratif.

2. Periksalah ke dokter.
Agar penggunaan herbal efektif maka calon pengguna hendaknya secara pasti sudah mengetahui jenis penyakitnya. Jadi periksa ke dokter menjadi suatu kewajiban, terutama bila jenis penyakitnya belum diketahui. Jangan pernah mendiagnosa penyakit sendiri hanya berdasarkan keluhan-keluhan yang dirasakan. Masyarakat banyak yang percaya bahwa herbal bisa menyembuhkan macam-macam penyakit (panasea), jadi tidak perlu tahu jenis penyakitnya. Anggapan ini tentu sangat berlebihan, jadi tetap perlu periksa ke dokter untuk memastikan jenis penyakitnya sehingga pengobatan bisa dilakukan secara tepat dan efektif. Perlu diingat bahwa istilah panasea berarti bisa menyembuhkan macam-macam penyakit, bukan segala penyakit.

3. Sisi keamanan perlu dikedepankan
Keamanan merupakan aspek penting dari herbal selain khasiat. Mayoritas masyarakat menganggap herbal aman dikonsumsi karena sudah digunakan secara turun temurun. Anggapan “herbal pasti aman” merupakan hal yang salah. Faktanya adalah banyak jenis herbal yang dalam penggunaannya perlu pengawasan ketat dari tenaga medis, bahkan ada beberapa jenis herbal yang sudah dilarang penggunaannya oleh Badan POM karena malah dapat merugikan kesehatan yang serius (Aristolochia, kava-kava, Ephedra, kina, dan artemisia). Bila memungkinkan, pilihlah herbal yang telah mendapat pengakuan dari FDA (Badan POM-nya Amerika Serikat) sebagai GRAS (Generally Recognized As Safe). Artinya secara umum aman dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa efek samping yang berarti. Efek samping tetap ada namun ringan, misalnya diare ringan, demam ringan, rasa lapar, pusing, dan lesu. Contoh herbal yang telah menyandang gelar GRAS adalah VCO, bawang putih, ginseng, jeruk, jahe, dan ginko biloba.

4. Kenali mekanisme kerjanya
Sebenarnya maraknya beraneka ragam herbal yang ada di pasaran patut disyukuri karena itu berarti kita punya banyak pilihan menuju kesembuhan. Masing-masing herbal pasti punya kelebihan dan kelemahan. Selain itu, perlu diketahui mekanisme dari masing-masing herbal dalam pengobatan suatu penyakit. Walaupun semua diklaim dapat membantu mengobati penyakit yang sama, mekanismenya bisa berbeda karena kandungan senyawa aktifnya juga berbeda.. Dengan mengetahui mekanisme kerja setiap herbal dalam mengatasi penyakit tertentu, maka kita akan lebih bisa menggunakan herbal tertentu secara efektif.

5. Perlu konsistensi
Sebaiknya konsumsi herbal dilakukan secara teratur dan konsisten. Jangan berharap kesembuhan dapat diraih dalam hitungan harian, walaupun ada testimoni spektakuler yang dapat sembuh hanya dalam waktu beberapa hari. Perlu dipahami bahwa khasiat satu herbal belum tentu berlaku sama bagi setiap orang. Dalam penyembuhan penyakit, herbal bekerja dengan memperbaiki sistem metabolisme tubuh secara keseluruhan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan obat-obat konvensional. Karena itu, jangan berganti-ganti herbal secara cepat. Perkembangan penyakit perlu dimonitor terus dalam kurun waktu 1-3 bulan. Bila tidak ada perkembangan yang berarti, baru bisa beralih ke herbal atau sistem pengobatan yang lain.

6. Pilihlah herbal berkualitas
Selain faktor intrinsik (dalam) yang melekat pada suatu herbal, khasiat suatu herbal juga sangat ditentukan pula oleh faktor-faktor ekstrinsik (luar), misalnya tempat tumbuh, waktu panen, cara pengolahan dan bahan bakunya asli (tidak palsu)..Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan Toga (tanaman obat keluarga) yang dibudidayakan sendiri di sekitar rumah, atau bila harus membelinya bisa dilakukan di tempat-tempat yang terpercaya (misalnya di apotek, toko obat atau agen resmi).

Dengan mencermati beberapa hal di atas, diharapkan masyarakat lebih bisa menggunakan herbal dalam pencegahan dan pengobatan penyakit secara aman, efektif dan rasional. (M. Ahkam Subroto, Lab Biofarmaka, Puslit Bioteknologi LIPI, Cibinong Science Center).

Sabtu, 19 April 2008

TEMPE, MAKANAN BERGIZI YANG TIDAK MENYEHATKAN???

Siapa pun paham kalau tempe merupakan makanan bergizi karena kedelai sebagai bahan bakunya memang banyak mengandung nutrisi penting untuk metabolisme tubuh. Kedelai merupakan bahan pangan populer di Indonesia karena banyak produk makanan tradisional yang terbuat dari kedelai, misalnya tempe, tahu, dan kecap. Kedelai merupakan sumber protein, molibdenum, zat besi, kalsium, fosfor, serat, vitamin B1, B2, B6, E dan asam folat.

Kedelai juga mengandung senyawa-senyawa aktif yang sangat baik untuk kesehatan, misalnya fitosterol, lesitin, isoflavon, fitoestrogen dan inhibitor protease. Senyawa-senyawa tersebut sangat baik untuk kesehatan kita, antara lain meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, mencegah kanker, menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan fungsi hati dan kandung kemih, berbagai kelainan neurologi, penyakit Alzeimer, penyakit Parkinson, mengurangi gejala PMS (premenstrual syndrome) dan osteoporosis. Khusus senyawa isoflavon sangat baik untuk mencegah kanker payudara dan usus.
Namun masih sedikit yang tahu kalau makanan bergizi seperti tempe tidak otomatis menyehatkan. Hal ini benar adanya kalau kita mengacu pada konsep "Real Food" (makanan sehat) yang sedang berkembang di negara-negara maju seperti AS, Jepang, Australia dan negara-negara Eropa.

Real food merupakan makanan yang memenuhi kriteria sbb: 1). Mengandung nutrisi penting untuk metabolisme tubuh, 2). Tidak mengandung komponen berbahaya, toksik, atau tidak berguna bagi tubuh, 3). Dihasilkan secara organik, 4). Dihasilkan secara lokal, 5). Dihasilkan secara berkelanjutan (sustainable), 6). Terjangkau oleh kebanyakan masyarakat (affordable), 7). Mudah diperoleh (accessible), 8). Mengalami proses pengolahan seminimal mungkin, 9). Ramah lingkungan, dan 10). Berpihak pada petani lokal.

Tempe termasuk real food jika kedelai yang digunakan sebagai bahan baku adalah kedelai yang ditanam secara organik. Jika bahan bakunya berasal dari kedelai transgenik (hasil rekayasa genetika) atau kedelai yang ditanam dengan pupuk kimia dan pestisida kimia, tempe tersebut tidak lagi dapat dikategorikan ke dalam real food. Mengapa? Walaupun kedelai transgenik memiliki nilai gizi yang setara atau bahkan lebih tinggi dari kedelai organik, terdapat masalah keamanan. Bisa jadi dalam jangka panjang makanan tersebut justru memiliki efek yang merugikan kesehatan. Kedelai yang ditanam dengan pupuk dan pestisida kimia juga mengandung residu pestisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan menurunkan kualitas lingkungan. Selain itu, kedelai transgenik secara ekonomi lebih menguntungkan perusahaan multi-nasional, bukan menguntungkan petani. Para petani bahkan dirugikan karena harus bergantung pada suplai bibit kedelai pada perusahaan besar tersebut. Bila kedelainya organik namun masih impor juga bukan termasuk real food karena tidak menguntungkan atau berpihak kepada petani lokal sesuai dengan konsep real food.

Dari 10 karakteristik Real Food di atas, tempe di Indonesia saat ini hanya memenuhi 4poin saja, yaitu no. 1, 6, 7, 8 sehingga dalam konsep Real Food tempe masih belum bisa dikatakan sebagai makanan sehat. Bahkan beberapa waktu yang lalu tempe sempat langka dan harganya naik sehingga kriteria terjangkau dan mudah diperoleh pun sempat tidak terpenuhi.
Nah, untuk mempertahankan sebutan bangsa Indonesia sebagai ”bangsa tempe”, maka masih banyak PR yang harus dikerjakan dengan baik yang melibatkan seluruh komponen bangsa, tidak hanya pemerintah, namun diperlukan juga peran serta para pelaku usaha, peneliti dan konsumen. Saat ini pemerintah sudah berusaha keras mempertahankan kriteria murah dan mudah diperoleh dengan memberikan keringanan pajak impor kedelai untuk jangka pendek dan upaya peningkatan luas lahan kedelai dalam negeri serta meningkatkan produktivitas kedelai lokal untuk jangka menengah dan panjang. Para peneliti pun sudah banyak yang menawarkan solusi, terutama yang berkaitan dengan penggunaan varietas unggul kedelai dengan produktivitas tinggi dan substitusi kedelai sebagai bahan baku dengan bahan lain seperti kedelai hitam, koro dan lupin. Tinggal para pelaku usaha dan konsumen yang masih dituntut untuk memenuhi kriteria lainnya.

Dari sisi pengolahan, para pelaku usaha makanan tempe dan ibu-ibu rumah tangga dituntut untuk mengolahnya dengan benar. Tempe paling baik disayur atau digoreng, jangan dibakar. Gunakan minyak baru, jangan jelantah. Gorengan tempe yang dijual di pinggir jalan kebanyakan tidak sehat karena menggunakan minyak daur ulang. Sebab dalam minyak daur ulang terkandung asam lemak trans hasil pemanasan yang bersifat karsinogenik (memicu kanker).

Penerapan pertanian organik menjadi syarat mutlak untuk real food. Dalam banyak penelitian sudah terbukti bahwa bahan pangan organik lebih menyehatkan dibanding bahan non-organik. Bahan pangan juga harus terjangkau secara luas, kalau tidak akan ada sebagian masyarakat yang tidak bisa menikmati kesempatan untuk sehat dari bahan pangan tersebut. Juga harus murah. Kalau tempe mahal sehingga tidak terjangkau, sebagian masyarakat akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan bahan pangan yang bergizi dan sehat. Pada kasus lain, kalau bahan baku tempe impor tiba-tiba dihentikan (embargo) oleh produsen di LN, kita akan mengalami masalah ketahanan pangan. Ujung-ujungnya tempe tidak ada di pasar dan orang-orang yang sangat mengandalkan tempe sebagai sumber makanan bergizi akan kesulitan dan akhirnya bisa sakit karena tidak bisa makan tempe lagi.

Dengan menerapkan konsep real food, tempe yang sudah diyakini menyehatkan akan lebih menyehatkan lagi. Tidak hanya sehat untuk konsumsi manusia, namun sehat untuk lingkungan dan sehat untuk perekonomian komunitas pelaku usaha lokal (petani kedelai, pengrajin tempe) dan negara. Jadi, kita untung, bangsa untung.
Tentu saja konsep real food tidak hanya berlaku untuk tempe, namun untuk seluruh kelompok bahan pangan seperti beras, sayuran, buah, daging, ikan, telur, susu dan produk-produk olahannya. Untuk makanan yang bersumber dari hewan seperti daging, real food mensyaratkan satu lagi, hewannya harus diternakkan dengan prinsip peri-kehewanan. Sudah terbukti secara ilmiah bahwa daging yang diperoleh dari sapi yang ”bahagia” (digembalakan di lapangan rumput luas) jauh lebih menyehatkan dibanding daging dari sapi yang stres karena dikandangkan di ruangan sempit dan diberi pakan biji-bijian (daging jenis ini yang banyak menimbulkan masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi, stroke, jantung dan kanker). Daging real food justru sangat baik untuk penyakit-penyakit tersebut.

Minggu, 20 Januari 2008

Talkshow di Acara Inspirasi MQTV: Sarang Semut

Berikut clips dari talkshow saya di acara Inspirasi dari MQTV pada tanggal 18 April 2007. Topik: Sarang Semut. Ini merupakan rangkaian acara sosialisasi herbal Indonesia kepada masyarakat luas.













Kamis, 17 Januari 2008

Buku ke-9: Real Food True Health (2008)


Sinopsis : Real food, sebagian Anda—para pembaca—mungkin belum pernah mendengar istilah tersebut. Kalaupun sudah, persepsi Anda tentang real food pasti berbeda dengan persepsi orang lain. Mengapa? Karena belum ada definisi baku untuk istilah real food itu sendiri. Namun demikian, terdapat beberapa kata kunci yang menunjukkan adanya kesamaan persepsi mengenai real food, misalnya ‘organik’, ‘alami’, ‘tradisional’, ‘keberlanjutan’, ‘menyehatkan’, ‘ramah lingkungan’, dan ‘kembali ke alam’.

Buku ini membahas konsep real food secara lebih komprehensif, dari pembahasan berbagai definisi, ragam jenis pangan yang termasuk real food, hingga manfaat real food dalam menangkal berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung, kanker, darah tinggi, dan kolesterol. Selain itu, buku ini juga membahas pola makan real food dan membandingkannya dengan pola makan lain yang sudah populer.

Judul : Real Food True Health
Penulis : Dr. Ir. Muhammad Ahkam Subroto, M.App.Sc
Ukuran : 17,5 x 24 cm
Tebal : 112 BW & 24 FC
ISBN : 979-006-143-9
Harga : Rp 43.000

Senin, 07 Januari 2008

Artikel: Benteng Merah Pertahanan Tubuh

Ingat Independence Day? Film yang dibintangi Will Smith itu bercerita tentang invansi makhluk luar angkasa yang hendak memusnahkan manusia di muka bumi. Kenyataannya tak perlu pasukan alien untuk menyerang manusia. Setiap hari zat-zat radikal bebas mengintai kesehatan jutaan orang. Antioksidan yang terkandung dalam buah merah ampuh menghalau zat-zat berbahaya itu.

Pengalaman empiris penduduk Papua memberikan bukti kuat bahwa buah merah sangat baik untuk meningkatkan stamina tubuh. Itu berkat peran aktif antioksidan-beta-karoten, tokoferol, dan vitamin C-yang terkandung dalam Pandanus conoideus. Sumber antioksidan memang tak melulu monopoli buah merah. Antioksidan dapat pula diperoleh melalui konsumsi harian buah dan sayuran. Namun, kandungan antioksidan buah merah lebih unggul dibanding buah dan sayuran.

Buah merah mengandung beta-karoten 3 kali lebih tinggi dibanding wortel. Padahal, wortel merupakan sayuran dengan kadar beta-karoten tertinggi. Angota famili Pandanaceae itu juga mengandung alfa-tokoferol sekitar 12-25 kali lebih tinggi daripada alpukat dan bayam yang kandungan alfa-tokoferolnya tertinggi dalam kelompok buah dan sayuran. Selain itu vitamin dalam buah merah 100% dapat diserap tubuh. Bandingkan dengan vitamin dari buah dan sayuran yang hanya 40%.

Radikal bebas
Itu kabar baik bagi Aryo, peneliti di instansi pemerintah yang menderita batuk menahun. Intensitas batuknya bertambah parah kala malam hari sehingga mengganggu waktu istirahat. Pria berusia 34 tahun yang selalu bersinggungan dengan bahan kimia itu didiagnosis dokter menderita gangguan paru-paru akibat paparan bahan-bahan senobiotik (asing) berbahaya. Oleh dokter ia diberi obat batuk yang langsung meredakannya. Namun, begitu obatnya habis, batuknya kembali kambuh.

Aryo akhirnya mencoba mengkonsumsi beberapa jenis jamu yang ia beli dari sinse. Setali tiga uang, batuknya tetap membandel. Saat itulah temannya menganjurkan untuk mengkonsumsi minyak buah merah. Setelah 10 hari mengkonsumsi, batuknya berangsur-angsur mereda. Kini ia bebas dari derita yang menjengkelkan itu.

Selain Aryo, banyak profesi yang rentan terpapar zat-zat senobiotik. Misalnya pekerja pabrik, pegawai rumahsakit, apoteker, penambang, montir, dan petugas lalu lintas. Mereka akrab dengan beragam bentuk zat senobiotik berbahaya, pemicu beragam penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, dan diabetes. Zat-zat asing dapat berupa bahan kimia berbahaya, polusi udara, dan paparan mikroorganisme patogen-bakteri, cendawan, dan virus.

Zat-zat senobiotik berbahaya itu terakumulasi dan bersarang dalam tubuh membuat sel-sel tubuh mengalami stres oksidatif. Alhasil, sistem kekebalan tubuh menurun dan rentan serangan penyakit. Upaya meminimalkan risiko paparan radikal bebas bukannya tidak dilakukan. Mulai dari penggunaan masker pelindung, mengurangi dan menghindari sumber polusi, hingga konsumsi susu segar penawar racun dalam tubuh.

Namun, upaya tersebut masih kurang efektif. Buktinya, kasus pekerja yang sakit akibat lingkungan kerja yang buruk masih terus bermunculan. Pada 2006 Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 12-juta orang per tahun meninggal akibat penyakit paru-paru kronis. Fakta itu sekaligus mendudukkan penyakit paru-paru kronis sebagai peringkat ke-6 kematian akibat faktor lingkungan.

Radikal bebas adalah senyawa-senyawa oksigen reaktif yang dapat menyerang dan merusak lipida, protein, dan DNA. Banyak riset ilmiah menunjukkan kerusakan oksidatif akibat radikal bebas memiliki peranan dalam patogenesis penyakit-penyakit degeneratif. Di antaranya kanker, diabetes, gangguan jantung, darah tinggi, stroke, paru-paru, periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi), percepatan proses penuaan, parkinson, dan alzheimer (kelainan degeneratif saraf progresif) membayang-bayangi pekerja.

Antioksidan
Organ tertentu dalam tubuh kita lebih rentan mengalami kerusakan oksidatif dibanding organ lainnya. Misalnya otak yang sangat sensitif terhadap kerusakan oksidatif karena kandunganasam-asam lemak yang mudah teroksidasi sangat tinggi, penggunaan oksigen dalam jumlah banyak, dan rendahnya kadar antioksidan. Banyak pula riset ilmiah yang mengindikasikan penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah bahkan diobati dengan antioksidan. Hal itu menjelaskan mengapa buah merah-yang kaya antioksidan tokoferol (vitamin E), beta-karoten (pro-vitamin A), dan vitamin C-dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh.

Hasil penelitian Yudhi Handoko dkk dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung, pada 2006 memperkuat bukti khasiat buah merah untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara efektif. Mereka membuktikan ekstrak buah merah mengandung senyawa yang berfungsi sebagai macrofag activating factor (MAF). MAF adalah senyawa yang dapat mengaktifkan fungsi makrofag sebagai sel pertahan tubuh. Macrofay memakan antigen berupa bakteri, virus, atau toksin.

Para ahli gizi memperkirakan kebutuhan harian vitamin A melalui asupan beta-karoten sebesar 4,5 mg, sedangkan kebutuhan harian alfa-tokoferol berkisar 2,6-15,4 mg, serta vitamin C berkisar 500-2.000 mg/hari. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi melalui konsumsi harian buah dan sayuran serta konsumsi buah merah sebanyak 1-2 sendok makan per hari. (Dr Ir M. Ahkam Subroto, MappSc., peneliti utama LIPI, Cibinong Science Center)

Sumber: TRUBUS Edisi Oktober 2007: hal. 108-109.